MAKASSAR –
Perjuangan Rahmat Daniel (19), seorang pemuda dari desa terpencil di Kabupaten
Bone, Sulawesi Selatan, telah menginspirasi banyak orang dengan keberhasilannya
meniti jalan hidup hingga menjadi anggota Polri. Lahir dan besar di Dusun Rea,
Desa Tapong, Kecamatan Tellu Limpoe, Bone, yang berbatasan langsung dengan
Kabupaten Barru dan Kabupaten Soppeng, semangat dan perjuangan Rahmat dalam
mengatasi kekurangan telah menjadi inspirasi bagi pemuda di lingkungannya.
Dari 1.319 calon siswa (Casis) Bintara yang mendaftar
dalam penerimaan anggota Polri tahun anggaran 2024 pada jajaran Polda Sulsel,
hanya 494 orang yang dinyatakan lulus, dan salah satunya adalah Rahmat. Namanya
termasuk dalam daftar yang diumumkan oleh Biro Sumber Daya Manusia (SDM) Polda
Sulsel pada Sabtu, 6 Juli 2024, bersamaan dengan pengumuman 137 pendaftar calon
siswa Tamtama, di mana hanya 68 yang dinyatakan lulus.
Rahmat, anak bungsu dari lima bersaudara pasangan
Hasanuddin dan Nurmiah, merasakan pahit getirnya kehidupan sebelum akhirnya
menemukan titik terang. Untuk mewujudkan mimpinya menjadi polisi, ia harus
melalui perjuangan dan ketekunan, terutama mengingat kondisi ekonomi
keluarganya yang kurang mampu.
“Sempat ragu-ragu mendaftar polisi karena di sini
belum ada yang lulus jadi polisi,” ungkap Rahmat dengan mata berkaca-kaca pada
Minggu sore, 7 Juli 2024.
Di desanya yang berpenduduk sekitar 1.700 jiwa,
fasilitas pendidikan hanya tersedia hingga tingkat SMP. Untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang SMA, Rahmat harus meninggalkan kampung halaman dan
menumpang di rumah kerabat di Kabupaten Barru. Setiap akhir pekan, ia pulang ke
desanya, menempuh perjalanan 3 hingga 4 jam dengan sepeda motor, untuk membantu
orang tuanya bekerja dan mengumpulkan uang demi biaya sekolah.
Rahmat yang sadar akan kondisi kedua orang tuanya
yang sudah tua dan hanya bekerja serabutan, memilih menjadi kuli panggul gula
merah dan membantu warga di sawah saat musim panen demi mendapatkan pundi-pundi
rupiah.
“Saya kerja pikul gula merah, bantu orang dan
alhamdulillah digaji. Biasa juga bantu-bantu warga yang panen di sawah. Karena
waktu urus berkas untuk dapat uang itu, disitu upah saya kumpul untuk urus
administrasi,” tutur Rahmat.
Keberanian Rahmat untuk mendaftar menjadi anggota
Polri bermula saat beberapa personel Polda Sulsel datang ke sekolahnya untuk
memberikan sosialisasi dan informasi terkait perekrutan anggota Polri.
Mengetahui hal itu, Rahmat membulatkan tekad dan meminta restu pada kedua orang
tuanya.
“Waktu itu saya sudah mau lulus sekolah, ada panitia
pendaftaran datang memberikan informasi bahwa akan dibuka pendaftaran Polri.
Saya pertama ragu karena orang tua saya tidak ada biaya,” ucap Rahmat.
Dengan tekad yang kuat dan restu dari orang tuanya,
Rahmat berhasil dinyatakan lulus dan akan mengikuti pendidikan Polri tahun
anggaran 2024 di Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua Polda Sulsel pada 22 Juli
mendatang. Keberhasilannya ini membawa kebanggaan bagi kedua orang tuanya.
Ibu Rahmat, Nurmiah, tidak bisa menyembunyikan rasa
bahagianya setelah mengetahui putra kesayangannya berhasil lolos menjadi
anggota Polri. “Saya syukuri sekali karena saya itu di sini kampung tidak ada
sekali apa-apa. Harapan saya dia bisa tetap berbakti kepada orang tua, kepada
negara, kepada semua masyarakat. Saya mendoakan supaya anak saya ini bisa
menjalankan tugasnya dengan baik,” tandas Nurmiah.
Desa Tapong, tempat asal Rahmat, merupakan desa
terpencil di pedalaman Kabupaten Bone. Mayoritas warganya adalah petani yang
tinggal dan berkebun di lereng pengunungan yang dikelilingi kawasan hutan
lindung, menjadi pembatas antara Kabupaten Bone, Barru, dan Soppeng. Desa ini
baru teraliri listrik pada tahun 2018.
Perjuangan Rahmat Daniel menjadi inspirasi bagi
pemuda lainnya di desanya, membuktikan bahwa dengan tekad, kerja keras, dan
ketekunan, batasan dan kekurangan dapat diatasi untuk meraih impian.